Rabu, 27 Oktober 2010

Cara Terbaik Hapus Rasa Dendam

compassion-memaafkan

Penulis terkenal Uni Soviet yang bernama Yevgeny Tymoshenko menulis dalam autobiografinya sebuah cerita yang menarik: Pada musim dingin tahun 1944, di Moskow dilanda cuaca dingin yang tidak biasanya, 2000 tawanan perang Jerman sedang berbaris di jalanan yang ada di Moskow.

Meskipun langit masih turun hujan salju yang deras, banyak orang berkerumunan di kedua sisi trotoar jalan, Sejumlah besar tentara Soviet dan polisi keamanan berjaga antara para tawanan dan penonton, dan membuat penjagaan untuk mencegah para tawanan Jerman diserang massa yang marah. perang

Mayoritas dari penonton adalah wanita yang terdiri dari yang tua sampai yang muda, mereka adalah penduduk yang berasal dari pendesaan di sekitar Moskow.

Keluarga mereka ada yang suami, ayah, abang, adik dan anak semuanya menjadi korban perang agresi yang dilakukan tentera Jerman, mereka semua adalah korban langsung dari agresi perang tersebut, mereka sangat membenci tentera Jerman ini.

Ketika batalyon tentera jerman yang tertangkap muncul dihadapan para wanita tersebut, mereka semuanya mengepalkan tangannya dengan rasa marah, kalau bukan karena didepan mereka ada tentera Uni Soviet dan polisi yang memblokir didepan, mereka pasti akan menyerbu kearah tentera jerman ini membunuh dan mencincangnya menjadi hancur lebur demi membalas sakit hati mereka.

Semua tentera Jerman ini menundukkan kepala mereka, berjalan melewati massa, hati mereka sangat kecut melihat pancaran kemarahan kerumunan massa, tiba-tiba, seorang perempuan tua yang memakai pakaian tua yang sudah koyak keluar dari kerumunan massa, berjalan ke arah polisi, minta polisi mengizinkannya berjalan mendekati garis perbatasan polisi untuk melihat dari dekat tawanan perang ini.

Polisi melihat wajah perempuan tua ini sangat berbelas kasih, sama sekali tidak ada niat jahat, polisi lalu mengizinkannya, akhirnya wanita tua ini berjalan mendekati tawanan perang ini, perlahan-lahan dari dadanya dia mengeluarkan sebuah kantung plastik.

Ia membuka kantong plastik itu, didalamnya berisi sepotong roti, dengan malu-malu dia menyodorkan roti ini ke saku seorang tawanan perang muda yang pincang sehingga berjalan dengan menggunakan tongkat penyangga, dan kelihatan sangat kelelahan.

Pemuda ini memandang terbingung kepada perempuan tua ini sejenak, seketika airmata membasahi wajahnya. Dia melepaskan tongkat penyangganya “gedebuk” berlutut diatas tanah bersujud berkali-kali kepalanya diatas tanah dihadapan perempuan tua yang  baik hati ini, tawanan perang yang lain melihat perbuatannya ini terkontak lalu mereka beramai-ramai berlutut dan bersujud dengan kepala meminta maaf kepada para wanita yang ada disana.

Akhirnya suasana marah diantara kerumunan massa langsung berubah. Para wanita ini sangat tersentuh oleh adengan yang ada didepan mata mereka, lalu mereka berduyun-duyun lari menuju kearah tawanan perang, ada yang menyodorkan roti, minuman dan lain sebagainya kepada tawanan perang yang dahulunya adalah musuh mereka.

Diakhir ceritanya Yevgeny Tymoshenko menuliskan sebaris kalimat yang sungguh mengesankan “Perempuan baik hati ini, dalam sekejap dengan belas kasih dan sifat toleransinya mencairkan kebencian yang ada di hati kerumunan massa, dan menaburkan kasih dan damai didalam hati mereka semua.”

Musuh tidak bisa dimusnahkan dengan kekerasan. Cara terbaik untuk memusnahkan musuh adalah dengan cinta mengubah mereka menjadi teman.

Moral dari kisah ini : kebencian tidak pernah dapat mengatasi kebencian, hanya dengan kasih sayang  yang sejati dapat mengatasi kebencian dan rasa dendam. (Erabaru/hui)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar