Rabu, 27 Oktober 2010

Cara Terbaik Hapus Rasa Dendam

compassion-memaafkan

Penulis terkenal Uni Soviet yang bernama Yevgeny Tymoshenko menulis dalam autobiografinya sebuah cerita yang menarik: Pada musim dingin tahun 1944, di Moskow dilanda cuaca dingin yang tidak biasanya, 2000 tawanan perang Jerman sedang berbaris di jalanan yang ada di Moskow.

Meskipun langit masih turun hujan salju yang deras, banyak orang berkerumunan di kedua sisi trotoar jalan, Sejumlah besar tentara Soviet dan polisi keamanan berjaga antara para tawanan dan penonton, dan membuat penjagaan untuk mencegah para tawanan Jerman diserang massa yang marah. perang

Mayoritas dari penonton adalah wanita yang terdiri dari yang tua sampai yang muda, mereka adalah penduduk yang berasal dari pendesaan di sekitar Moskow.

Keluarga mereka ada yang suami, ayah, abang, adik dan anak semuanya menjadi korban perang agresi yang dilakukan tentera Jerman, mereka semua adalah korban langsung dari agresi perang tersebut, mereka sangat membenci tentera Jerman ini.

Ketika batalyon tentera jerman yang tertangkap muncul dihadapan para wanita tersebut, mereka semuanya mengepalkan tangannya dengan rasa marah, kalau bukan karena didepan mereka ada tentera Uni Soviet dan polisi yang memblokir didepan, mereka pasti akan menyerbu kearah tentera jerman ini membunuh dan mencincangnya menjadi hancur lebur demi membalas sakit hati mereka.

Semua tentera Jerman ini menundukkan kepala mereka, berjalan melewati massa, hati mereka sangat kecut melihat pancaran kemarahan kerumunan massa, tiba-tiba, seorang perempuan tua yang memakai pakaian tua yang sudah koyak keluar dari kerumunan massa, berjalan ke arah polisi, minta polisi mengizinkannya berjalan mendekati garis perbatasan polisi untuk melihat dari dekat tawanan perang ini.

Polisi melihat wajah perempuan tua ini sangat berbelas kasih, sama sekali tidak ada niat jahat, polisi lalu mengizinkannya, akhirnya wanita tua ini berjalan mendekati tawanan perang ini, perlahan-lahan dari dadanya dia mengeluarkan sebuah kantung plastik.

Ia membuka kantong plastik itu, didalamnya berisi sepotong roti, dengan malu-malu dia menyodorkan roti ini ke saku seorang tawanan perang muda yang pincang sehingga berjalan dengan menggunakan tongkat penyangga, dan kelihatan sangat kelelahan.

Pemuda ini memandang terbingung kepada perempuan tua ini sejenak, seketika airmata membasahi wajahnya. Dia melepaskan tongkat penyangganya “gedebuk” berlutut diatas tanah bersujud berkali-kali kepalanya diatas tanah dihadapan perempuan tua yang  baik hati ini, tawanan perang yang lain melihat perbuatannya ini terkontak lalu mereka beramai-ramai berlutut dan bersujud dengan kepala meminta maaf kepada para wanita yang ada disana.

Akhirnya suasana marah diantara kerumunan massa langsung berubah. Para wanita ini sangat tersentuh oleh adengan yang ada didepan mata mereka, lalu mereka berduyun-duyun lari menuju kearah tawanan perang, ada yang menyodorkan roti, minuman dan lain sebagainya kepada tawanan perang yang dahulunya adalah musuh mereka.

Diakhir ceritanya Yevgeny Tymoshenko menuliskan sebaris kalimat yang sungguh mengesankan “Perempuan baik hati ini, dalam sekejap dengan belas kasih dan sifat toleransinya mencairkan kebencian yang ada di hati kerumunan massa, dan menaburkan kasih dan damai didalam hati mereka semua.”

Musuh tidak bisa dimusnahkan dengan kekerasan. Cara terbaik untuk memusnahkan musuh adalah dengan cinta mengubah mereka menjadi teman.

Moral dari kisah ini : kebencian tidak pernah dapat mengatasi kebencian, hanya dengan kasih sayang  yang sejati dapat mengatasi kebencian dan rasa dendam. (Erabaru/hui)

Kekuatan Sepucuk Surat

menulis-surat

Mengambil pulpen dan menulis di atas kertas sepertinya membuang-buang waktu, jika dibandingkan dengan menulis email.

Tetapi kadang kala kata-kata yang sangat berarti, adalah yang ditulis lewat tulisan tangan.

Hanya dengan membuka amplop dan membuka lipatan surat saja akan memberikan kepuasan bagi kita. Dan ketika kita telah selesai membaca surat tersebut, kita masih dapat menyimpannya dan membacanya lain kali.

Meskipun surat tersebut mungkin akan menguning seiring dengan berjalannya waktu, surat tersebut dapat melampaui waktu. Berikut ini, tiga wanita membagikan kepada kita surat-surat yang sangat menyentuh kehidupan mereka.

Ayah mengetahui yang Terbaik

sloane

Sebuah kotak terletak diatas meja saya. Di dalamnya terdapat koleksi surat-surat yang sangat berarti dan berharga, yang pernah saya terima. Surat-surat tersebut dari ayah saya, yang meninggal karena kanker pada tahun 1997.

Ayah saya menulisnya untuk saya dan kedua adik  saya. Mungkin surat tersebut tidaklah ditulis di atas kertas mewah ataupun menggunakan pulpen yang mahal, tetapi surat-surat tersebut memenuhi setiap relung dalam hati saya.

Saya masih kelas 2 SD ketika ayah saya didiagnosa menderita kanker. Beliau meninggal sekitar setahun setelahnya.

Dalam waktu setahun tersebut, ketika menjalani serangkaian kemo terapi dan juga pembedahan, ayah saya dapat mengumpulkan kekuatannya untuk duduk dan menulis mengenai memori-memorinya dan juga kata-kata bijak untuk anak perempuannya.

Beliau menulis sekitar 25 surat secara keseluruhan – beberapa untuk kita bertiga, beberapa hanya ditujukan kepada masing-masing pribadi.

Ibu kami menyimpannya sampai kami siap untuk membacanya. Kadang kala ayah saya menulis kejadian kejadian sepele : Bagaimana Ali, bayi dalam keluarga kita, apakah balita itu telah dapat berlari lari mengitari rumah dan memanggil “Pa-Pa.” Senyum di wajah McKenzie yang berumur 5 tahun ketika dia membawa boneka beruang untuknya.

Selain itu ayah juga menulis mengenai permasalahan penting. Mengenai rokok, obat-obatan dan alkohol, beliau menulis, “Seseorang akan menyukai kita apa adanya, bukan karena kita memakai hal-hal tersebut. Seseorang yang mampu terlihat menarik  dan luwes dalam pergaulan tanpa tergantung pada hal-hal tersebut akan mempunyai kepribadian yang membuat orang-orang ingin bersamanya dalam jangka waktu lama.”

Dan nasehat beliau mengenai dunia kuliah dan pekerjaan, yang berkaitan dengan saya yang saat ini yang menginjak umur 21 tahun: “Ingatlah selalu, seperti sebuah rantai hanya akan kuat jika sambungan antaranya kuat, seseorang akan kuat dengan memperkuat dimensi kelemahannya. Tetaplah berusaha.”

Tiga belas tahun telah berlalu sejak meninggalnya ayah saya, dan dalam jangka waktu tersebut, banyak yang telah terjadi: McKenzie dan saya duduk di bangku kuliah, Ali telah masuk sekolah tinggi, dan sudah waktunya bagi saya untuk mencari pekerjaan.

Kami telah melewati kencan pertama kami, kami telah memenangkan kejuaraan negara bagian kami yang pertama dan kami telah jatuh cinta.

Ayah saya tidak berada bersama dengan kami, secara fisik, tetapi kami dapat merasakan kehadirannya karena surat-suratnya. Kadang kala, ketika saya bimbang atas keputusan yang saya buat, saya akan membaca kembali surat-surat tersebut. Kata-katanya membimbing dan menyemangati saya. Kekuatannya menginspirasi saya.

Ayah selalu mengakhiri surat-suratnya dengan kata-kata “Saya mencintaimu dengan sepenuh hati,” dan setiap kali saya membaca kata-kata tersebut, itu mengingatkan saya betapa beliau sangat mencintai –dan akan tetap mencintai – saya, adik adik saya, ibu saya, keluarganya dan juga teman-temannya. Saya tahu meskipun saya tidak dapat melihat ayah, dia selalu “hadir” di setiap sudut pertandingan sepak bola atau berdiri di luar ketika saya sedang menjalani wawancara pekerjaan, menyemangati saya. (Sloane Beaver)

“Kepada saya….”

sharon

Ketika saya berumur 32 tahun dan sangat kewalahan menghadapi hidup ini. Sedang hamil, bekerja dan memiliki dua orang anak. Saya melihat hidup saya seperti hilang dalam kesibukan mengganti popok, pertemuan bisnis dan kemacetan panjang.

Saya tahu kekacauan sangat parah sedang terjadi dalam hidup saya, tetapi saya sangat lelah untuk mengubahnya.

“Coba untuk tidak terlalu terburu buru setiap saat,” kata ibu saya suatu hari ketika saya mengantar anak saya ke rumahnya.

”Dan sebelum saya lupa, ini ada surat yang baru datang untukmu.” Dia memberikan sepucuk surat dari Universitas Emory, almameter saya.

Sepertinya waktu telah berlalu lama, sejak saya lulus kuliah. Dan beberapa tahun telah berlalu sejak saya menggunakan nama belakang ayah saya atau tinggal di rumah orang tua saya.

Penasaran, saya menurunkan anak saya dan membuka surat tersebut.

Untuk Sharon,

Bagaimana kabarmu? Atau seharusnya saya katakan, bagaimana kabar saya? Profesor psikologi kami meminta kami untuk menulis surat kepada diri kami sendiri di masa mendatang. Dia berjanji akan mengirimkan surat tersebut 10 tahun setelah kami lulus.

Jika kamu membacanya, pasti umur kamu sudah 32 tahun. Wow! Sangat tua. Masa kuliah telah lewat. Empat tahun kuliah yang diisi dengan belajar, mengerjakan tugas, ujian, diselingi berpesta dengan kawan-kawan. Saya harap kamu sudah menikah dan memiliki anak, dan juga pekerjaan di bidang jurnalisme atau di psikologi. Saya tidak ingin mempelajari semua pelajaran itu dengan sia-sia!

Salam, Sharon.

Jantung saya berdebar. Apakah saya telah dihubungi oleh masa lalu saya? Ingatan saya terhadap tugas tersebut telah terlupakan dan terbuang sejalan dengan kelulusan saya. Sepuluh tahun kemudian, surat tersebut tiba tanpa diduga, pada saat yang sangat tepat.

Ketika saya membaca dalam surat tersebut, kata-kata penuh harapan dan ringan, dari saya yang berumur 22 tahun, secara tiba-tiba saya melihat dunia saya menjadi terang.  Apa yang saya cita-citakan ketika kuliah dulu, telah menjadi kenyataan.

Tetapi dalam keadaan saya yang sekarang, saya tidak mampu untuk mensyukurinya. Masa lalu saya, masa sekarang dan masa depan layak mendapatkan yang lebih baik lagi. Saya tahu saya harus segera menyeimbangkan hidup saya.

Dalam jangka waktu enam bulan setelah saya membaca surat tersebut, suami saya, anak-anak saya dan saya pindah ke rumah baru. Rumah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan yang sebelumnya, tetapi telah memberi kelonggaran dalam hal kemacetan. Saya juga memutuskan untuk mengubah waktu kerja saya menjadi kerja paruh waktu – sesuatu yang sebelumnya tidak berani saya lakukan – sehingga memberi kesempatan kepada diri saya sendiri untuk bernafas.

Bulan April yang lalu, saya memasuki umur 43 tahun. Saya meniup lilin di kue ulang tahun saya, menidurkan anak-anak saya, dan duduk menulis surat untuk masa depan saya dalam sebuah jurnal – hal ini yang telah saya lakukan setiap tahun sejak ulang tahun saya yang ke-32. Dan setiap kali saya ingin menyemangati diri saya sendiri, saya akan membaca ulang beberapa surat tersebut. Saya tidak dapat berpikir hadiah yang lebih baik daripada surat-surat yang saya berikan pada diri saya sendiri setiap tahunnya. (Sharon Duke Estroff)

Melihat diri Saya Sendiri yang Sesungguhnya

leslie

Ketika saya masih duduk di sekolah tinggi, saya pergi berkemah dengan teman-teman kelas saya.

Suatu malam, seorang anak laki-laki tinggi besar bernama Tom yang ikut dalam program khusus di perkemahan tersebut, duduk di samping saya dekat perapian. Saya yakin dia sedang berusaha mendekati teman saya Barbara, si pirang yang sangat cantik. Anak laki-laki tersebut sangatlah tampan.

Tidak sebanding dengan saya, seorang anak perempuan sederhana berkacamata, yang tidak percaya diri dengan rambut yang berwarna kusam dan kaku. Tidak ada anak laki-laki tampan yang mau berbicara dengan saya.

Tetapi Tom tetap tinggal bahkan ketika Barbara telah pergi beristirahat ke tendanya, dan kami berbicara hingga perapian padam. Dia memberitahukan pada saya bahwa dia sedang menjalani program rehabilitasi kenakalan remaja. Dan saya memberitahukan padanya mengenai kehidupan lurus saya sebagai seorang remaja yang berkelakuan baik. Ketika kami berpisah, dia meminta alamat saya – untuk terus berhubungan, katanya, karena kita tinggal berjauhan. Tetapi, saya masih curiga kepadanya.

Seminggu kemudian, suratnya tiba. Dia menulis bagaimana dia sangat menikmati pembicaraan kami. Saya membalas suratnya, dan dalam surat berikutnya dia meminta foto saya untuk mengingatkan dia betapa cantiknya saya. Cantik? Dia pasti mengira saya adalah orang lain, pikir saya. Pasti bukan saya! Saya tetap mengambil kesempatan ini dan mengirimkan foto saya kepadanya.

Dalam surat balasannya, dia mengatakan bahwa saya lebih cantik dari yang diingatnya. Saya terus membaca kata-kata tersebut berulang kali. Dan semakin banyak saya membacanya, saya semakin percaya kata-kata tersebut benar. Ketika saya meninggalkan bangku sekolah sebulan kemudian, saya tidak lagi berpikir saya adalah anak perempuan jelek yang dikelilingi oleh anak-anak cantik. Saya merasa saya cantik.
Tom dan saya kehilangan kontak setelahnya, tetapi 25 tahun telah berlalu, saya masih menyimpan suratnya. Ketika setiap kali saya membacanya, itu mengingatkan saya bagaimana dia telah merubah persepsi keseluruhan tentang diri saya. Musim panas tersebut, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, seorang anak laki-laki telah memilih saya. Dia mengatakan bahwa saya cantik. Dan saya juga merasakan rasa cantik tersebut! (Leslie Pepper)

Resep Rahasia Orang Buta

main-kecapi-orang buta

Ada dua orang buta yang seorang yang sudah tua dan yang seorang masih muda, mereka adalah guru dan murid, mereka mencari nafkah dengan bermain kecapi.

Pada suatu hari orang buta yang tua ini sudah tidak dapat bertahan lagi, dia jatuh sakit, dia tahu umurnya sudah tidak panjang lagi, lalu dia memanggil muridnya ke samping tempat tidurnya.

Tangannya yang gemetaran menggengam tangan muridnya dengan susah payah berkata,” Anakku, didalam sini ada sebuah resep rahasia, resep rahasia ini akan membuat engkau melihat dunia terang lagi, saya menyembunyikannya didalam kecapi ini, tetapi engkau harus ingat, engkau harus bermain kecapi sampai seribu senar kecapi ini terputus, baru boleh mengeluarkan resep rahasia ini, jika tidak engkau tidak akan melihat cahaya terang lagi.”

Si buta kecil ini sambil menghapus air matanya berjanji kepada gurunya, gurunya dengan tersenyum damai pergi meninggalkan dunia ini.

Sehari demi sehari berlalu, setahun demi setahun berlalu, si buta kecil selalu ingat kepada pesan gurunya, selembar demi selembar tari senar putus disimpannya baik-baik, selalu menghitungnya didalam hati. Ketika dia bermain sampai tari senar yang ke 1000 terputus, pemuda kecil buta yang lemah yang dulu sekarang sudah menjadi si buta tua renta.

Dia tidak dapat mengekang rasa bahagia yang ada didalam hatinya, dengan tangan gemetar dia membuka kecapinya, mengeluarkan resep rahasia yang ada didalam kecapi.

Kemudian, orang lain memberitahu kepadanya bahwa itu adalah sepotong kertas kosong, diatas kertas itu tidak tertulis sepatah katapun, air matanya menetes diatas kertas, dia tertawa.

Apakah si buta tua membohongi si buta kecil?

Si buta tua yang dahulunya adalah si buta kecil, memegang kertas putih yang tidak ada tulisan sama sekali , lalu kenapa dia malahan bisa tertawa?.

Pada saat dia membuka resep rahasia itu, seketika itu juga dia menjadi mengerti makna yang terkandung didalam hati gurunya, walaupun hanya sepotong kertas putih, tetapi itu merupakan sebuah resep rahasia tanpa tulisan, resep rahasia yang tidak akan ada orang tahu. Hanya dia sendiri yang dari kecil menemani gurunya bermain kecapi yang mengerti makna yang terkandung dalam resep rahasia yang tanpa tulisan ini.

Resep rahasia itu adalah pancaran sinar terang, yang ketika dia berada dalam kesusahan menghadapi perjalanan hidup ini gurunya menyalakan sinar terang ini untuk menemani menjalani perjalanan hidup  yang susah ini, jika tidak ada sinar terang ini, dia mungkin sudah ditelan oleh kegelapan hidup ini, mungkin dari dahulu dia sudah tersungkur jatuh oleh kesusahan hidup ini.

Karena harapan dari seberkas terang ini, dia dapat bermain kecapi sampai seribu senarnya terputus, karena dia ingin bisa melihat cahaya terang lagi, dengan teguh tanpa goyah mempercayai pesan gurunya. Kegelapan bukan selamanya terjadi, asalkan tidak mudah melepaskan keyakinan, setelah semua kegelapan ini berlalu, akan ada cahaya yang tidak terbatas.

Setelah menaklukkan berbagai rintangan dan kesusahan,  kepercayaan yang teguh ini akhirnya membuat hatinya bisa melihat cahaya terang yang sebenarnya, Apakah akhirnya dapat melihat sinar terang didunia ini hal yang perlu dibanggakan? Manusia memiliki sepasang mata yang terang, tetapi memiliki sisi hati yang gelap, apakah ini berguna? (Erabaru/hui)

Orang Kaya dan Penyu

manusia-kura-kura

Dahulu kala ada seorang yang sangat kaya, hartanya melimpah ruah, dia adalah seorang yang sangat baik dan selalu menolong orang lain.

Pada suatu hari dia pergi ke pasar berbelanja, ketika dia sampai di pasar dia melihat ada seseorang yang sedang menjual seekor penyu yang terluka.

Melihat keadaan penyu yang memelas itu, dia berpikir penyu itu tentu akan diberi orang lain, akan dipotong dimasak, hatinya sangat tidak tega, lalu dia berjalan ketempat penjual penyu itu bertanya, “Berapa harga penyu ini ?

Penjual ini mengetahui dia adalah seorang yang sangat kaya yang baik hati, demi berbuat kebaikan selalu melepaskan binatang hidup dialam bebas, mengeluarkan banyak uang juga tidak menjadi masalah, lalu penjual ini berpikir tidak akan membiarkan kesempatan yang demikian bagus hilang dia akan mengorek lebih banyak uang dari orang kaya ini, lalu dia membuka mulutnya berkata, “100 ribu Yuan, jika engkau ingin membeli engkau harus bayar 100 ribu Yuan satu sen pun tidak boleh kurang, jika engkau tidak ingin membelinya kebetulan saya berpikir akan membawa pulang memasaknya dijadikan santapan malam.”

Orang kaya ini setelah mendengar perkataan penjual ini, lalu mengeluarkan uang 100 ribu Yuan, lalu membawa pulang penyu itu, setelah sampai dirumah dia perlahan-lahan meletakkan penyu itu di air yang bersih, dengan teliti memandikan penyu ini sampai bersih, lalu mencari rumput obat mengoresi luka penyu itu, lalu membawanya pergi ke sungai yang berada didekat rumahnya melihat penyu itu perlahan-lahan berenang meninggalkannya.

Ditengah malam, orang kaya ini mendengar pintu rumahnya diketuk, hatinya merasa heran, begitu dia membuka pintu rumahnya, rupanya penyu yang tadi siang ditolongnya.

Penyu itu ketika melihat dia, tidak sampai dia sempat membuka mulutnya, penyu itu sudah berkata,”Penolongku! Jika hari ini tidak bertemu dengan engkau, nyawa saya sungguh terancam! Saya menerima budi yang begitu besar dari anda, tetapi saya adalah seekor binatang laut yang sederhana, tidak ada barang berharga yang bisa saya persembahkan untuk membalas budi anda, sungguh memalukan, tetapi karena saya sudah hidup lama di air, lebih memahami perubahan yang terjadi di air, saya akan memberitahukan kepada anda, bencana tsunami segera akan menyerang, cepat engkau sediakan sebuah perahu besar, bawa semua harta bendamu, jika tidak akan terjadi bahaya besar yang dapat merengut jiwamu.”

Orang kaya ini sangat berterima kasih kepada penyu, keesokan harinya, dia melaporkan hal ini kepada raja.

Karena orang kaya ini  terkenal adalah seorang budiman yang selalu berbuat baik, raja percaya kepada perkataannya, lalu membuat persiapan.

Tidak berapa lama kemudian, penyu datang berkunjung lagi,”Cepat naik keatas perahu, bencana tsunami sudah datang! Cepat naik keatas perahu dan ikut saya meninggalkan tempat ini, saya akan membawa anda ketempat yang aman.”

Orang kaya ini lalu naik keatas perahu, mengikuti penyu menuju ketempat yang aman.

Pada saat ini air bah mulai menyerang, ditempat yang jauh dia melihat tsunami tersebut yang tingginya bagaikan sebuah dinding menyerang, gemuruh suara air, suara jeritan manusia, suara ombak menyerang dan menyapu habis tempat yang dilalui.

Orang kaya ini duduk diatas perahu, tiba-tiba dia melihat ada seekor ular yang sedang mengikuti belakang perahunya, lalu dia menolong ular ini naik ke atas perahunya.

Beberapa saat kemudian dia melihat seekor srigala yang tak berdaya sedang terbawa arus, lalu dia menolong srigala ini.

Penyu yang melihat perbuatan orang kaya ini, sangat mengaguminya.

Tidak berapa lama kemudian, dia melihat seorang manusia sedang terapung diatas air, sedang berjuang mati-matian sambil berteriak ,”Tolong! Tolong saya!”.

Melihat kejadian ini orang kaya ini berkata,” Cepat tolong dia!”

Tetapi sekali ini, penyu dengan tegas menolaknya, “Jangan menolong dia!, hati manusia tidak bisa diduga dia akan membalas budinya dengan air tuba, dia akan mengkhianati anda, jangan menolong dia!”

Orang kaya ini berkata, “Apa yang engkau katakan benar juga, tetapi semua binatang yang meminta tolong juga sudah saya selamatkan, apalagi manusia yang hampir tenggelam meminta pertolong tidak saya selamatkan, saya tidak tega!”

Akhirnya dengan susah payah mereka dapat mengangkat orang tersebut masuk kedalam perahu.

Penyu melihat nasehatnya tidak berguna, dia hanya bisa menghela nafas dan berkata,”Ehm! Orang baik hati, dikemudian hari engkau akan menyesal!”

Perahu orang kaya ini mengikuti penyu, akhirnya mereka tiba ditempat yang selamat yang bebas dari air bah.

Penyu berpamitan dengan orang kaya ini, ular dan srigala juga berpamitan pergi meninggalkannya mencari tempat tinggal yang aman.

Srigala bertemu dengan sebuah gua, dengan tenang dia tinggal didalam gua.

Pada suatu hari, dia menemukan 100 batang emas yang ditanam didalam tanah oleh orang purbakala, dia merasa sangat gembira dan berpikir,”ha..haa.! Sekali ini saya dapat mempergunakannya untuk membalas budi!”

Dengan tergesa-gesa dia keluar dari gua pergi mencari orang kaya ini, dan berkata :”Saya berhutang budi kepada anda yang telah menyelamatkan jiwa saya, didalam hati saya selalu teringat kepada budi ini, engkau kan tahu, saya adalah binatang yang tinggal didalam gua yang berada dihutan, saya menemukan lebih kurang 100 batang  emas ditempat tinggal saya yang baru.

Gua ini bukan kuburan, juga bukan tempat tinggal manusia, saya juga tidak merampas dan mencuri untuk mendapatkan batang emas yang begitu banyak, saya akan dengan sukarela menyerahkan batangan emas ini untuk membalas budi kebaikan anda terhadap saya.”

Orang kaya ini berpikir,” Jika saya tidak mengambil emas ini akan sia-sia saja di gua didalam hutan, lebih bagus saya mengambilnya untuk membantu para fakir miskin.”

Akhirnya dia mengikuti srigala itu menuju gua mengambil batangan emas tersebut.

Orang yang ditolong orang kaya ini, melihat begitu banyak batangan emas, sifat tamaknya timbul, lalu dia berkata, “Bagilah emas tersebut kepada saya!”

Orang kaya ini memberi dia 10 batang emas.

Tetapi orang ini menolak karena dianggap terlalu sedikit, dia ingin separuh dari emas itu, dia lalu mengancam orang kaya ini, “Baiklah, jika engkau tidak mau memberikan kepada saya separuh, saya akan melaporkan anda kepada polisi mengatakan engkau telah mengkorek kuburan orang lain dan merampas batangan emas ini, engkau akan dipenjara!”

Orang kaya berkata, “Semua yang engkau katakan adalah bohong! Sekarang bencana tsunami baru berlalu, banyak orang miskin yang memerlukan pertolongan, saya akan membagi uang ini kepada mereka, saya tidak dapat memberikan semua ini kepada anda!”

Orang ini melihat orang kaya ini bersikeras dan dia tahu akalnya tidak bisa berjalan lancar, lalu dia berpikir,”Baiklah! Jika engkau tidak memberikan jatah yang saya minta jangan harap engkau dapat hidup dengan tenang!” Dia betul-betul melapor kepada polisi.

Polisi menangkap orang kaya ini dan memenjarakannya.

Srigala dan ular mendengar kabar ini menjadi panik, mereka lalu berpikir, “Harus mencari akal menyelamatkan orang kaya ini keluar dari penjara.”

Ular setelah berpikir sejenak, lalu dia berteriak, “Saya mempunyai akal untuk menyelamatkan dia.”

Setelah berpikir demikian dia lalu masuk kedalam hutan mencari sejenis rumput yang sangat istimewa, sambil menggigit rumput tersebut dia masuk kedalam penjara.

Dia melihat orang kaya ini wajah sangat kuyu dan terduduk lemas disana, hatinya sangat sedih; dengan diam-diam dia berkata kepada orang kaya ini,”Jangan khawatir, dan jangan sedih, saya datang menolong anda.

Rumput obat ini engkau cepat simpan dulu, saya akan segera pergi ke istana menggigit putra mahkota, racun saya adalah racun yang sangat berbahaya, didunia ini hanya rumput obat ini yang dapat menyelamatkan nyawanya, tidak ada satu jenis obatpun yang bisa menolong nyawanya.

Setelah putra mahkota digigit oleh saya, raja pasti akan mencari tabib yang paling pintar untuk mengobatinya, engkau bisa menggunakan kesempatan mengobati putra mahkota untuk keluar dari penjara ini”.

Setelah berkata demikian, ular lari ke istana menggigit putra mahkota, nyawa putra mahkota terancam, raja menjadi sangat panik, berbagai tabib terkenal dan obat-obat mahal tidak bisa menyembuhkan putra mahkota, nyawa putra mahkota diambang maut, raja menyampaikan titahnya’ Siapapun yang bisa menyelamatkan putra mahkota akan saya angkat menjadi perdana menteri yang akan membantu saya memimpin negara ini.”

Titah raja sampai dipenjara, orang kaya ini segera berkata dia dapat menyembuhkan putra mahkota. Benar saja ketika putra mahkota memakan obat rumput itu racunnya segera hilang, putra mahkota segera sembuh, raja sangat lega, hatinya sangat gembira berkata kepada orang kaya ini.”Kenapa engkau bisa dipenjara?” Orang kaya ini lalu menceritakan kejadian yang menimpanya.

Raja setelah mendengar ceritanya menghela nafas,” Ehmm! Semua ini adalah kesalahan saya, saya sungguh tidak memahami kejadian yang terjadi diluar istana, sehingga membuat engkau menderita!” Raja lalu memerintahkan pasukannya menangkap dan menghukum mati orang yang tidak tahu berbalas budi itu, mengangkat orang kaya ini menjadi perdana menteri, bersama-sama dengannya bahu membahu memimpin negara ini dengan  baik. (Erabaru/hui)

Jumat, 22 Oktober 2010

Di Sana Ada Kekuatan

FuturePower

Ada kekuatan di dalam cinta, dan orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat karena ia bisa mengalahkan keinginannya untuk mementingkan diri sendiri.


Ada kekuatan dalam tawa kegembiraan, dan orang tertawa gembira adalah orang yang kuat karena ia tidak pernah terlarut dengan tantangan dan cobaan.


Ada kekuatan di dalam kedamaian diri, dan orang yang dirinya penuh damai bahagia adalah orang yang kuat karena ia tidak pernah tergoyahkan dan tidak mudah diombang-ambingkan.


Ada kekuatan di dalam kesabaran, dan orang yang sabar adalah orang yang kuat karena ia sanggup menanggung segala sesuatu dan ia tidak pernah merasa disakiti.
Ada kekuatan di dalam kemurahan, dan orang yang murah hati adalah orang yang kuat karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya kntuk melakukan yang baik bagi sesamanya.


Ada kekuatan di dalam kebaikan, dan orang yang baik adalah orang yang kuat karena ia bisa selalu mampu melakukan yang baik gagi semua orang.


Ada kekuatan di dalam kesetiaan, dan orang yang setia adalah orang yang kuat karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi kengan kesetiaannya kepada Allah dan sesama.


Ada kekuatan di dalam kelemahlembutan, dan orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat karena ia bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam.


Ada kekuatan di dalam penguasaan diri, dan orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat karena ia bisa mengendalikan segala nafsu
keduniawian.


Disitulah semua letak-letak dimana Kekuatan Sejati berada. Dan sadarlah
bahwa kita juga memiliki cukup kekuatan untuk mengatasi segala masalah kita.
Dimanapun juga, seberat dan serumit apapun juga.


Hidup ini sederhana…
Hidup ini sungguh sederhana…
Tidak menilai apapun…
Syukuri apa yg dialami saat ini…
Maka bahagia bertubi menyirami

Senin, 18 Oktober 2010

Bai Fang Li: Memberi dalam Kekurangan

Bai Fang Li

Namanya BAI FANG LI. Pekerjaannya adalah seorang tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.


Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Dia melalang dijalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.


Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.


Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.


Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, diruang itu juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, diruang itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah piring seng comel yang mungkin diambilnya dari tempat sampah dimana biasa ia makan, ada sebuah tempat minum dari kaleng.


Dipojok ruangan tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.
Bai Fang Li tinggal sendirian digubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong. Tangannya sangat ringan menolong orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.


Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin.

Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.
Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat dipundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.


Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ketempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu kemulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.


Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.


“Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya” jawab anak itu.
“Orang tuamu dimana?” tanya Bai Fang Li.
“Saya tidak tahu, ayah ibu saya pemulung. Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil” sahut anak itu.
Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.
Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.


Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.


Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam delapan malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan pembeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.
Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmmm… tapi masih cukup bagus… gumannya senang.


Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, ditengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.
“Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini,” katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.


Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu.
Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu Rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.


Bai Fang Li berkata “Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan” katanya dengan sendu. Semua guru di sekolah itu menangis.


Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan.
Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesarRMB 350.000 (kurs 1300, setara 455 juta Rupiah jika tidak salah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.


Foto terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan “Sebuah Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luar biasa.”

Jumat, 15 Oktober 2010

Cinta Sejati-Mencintai Apa Adanya

my-love-fountain-2

- Patut di baca :
Buat yang blm saja menikah,
Buat yang sudah menikah,
Buat yang akan menikah
...dan Buat yang sedang mencari,
Buat semuanya dech......


Jika kamu memancing ikan, setelah ikan îτϋ terikat di mata kail, hendaklah kamu mengambil Ikan îτϋ.


Janganlah sesekali kamu lepaskan ia ќεmbali ќε dalam air begitu saja...
Karena ia akan sakit oleh karena bisanya ќεtajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selama hidupnya. Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang. Setelah ia mulai menyayangimu hendaklah kamu menjaga hatinya...


Janganlah sesekali kamu meninggalkanγa begitu saja.
Karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selamanγa.
Jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya.


Janganlah kamu terlalu mengaguminγά
dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa..
Anggaplah ia manusia biasa. Apabila sekali ia melakukan kesalahan bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya.
Akhirnya kamu kecewa dan meninggalkannγa.


Sedangkan jika kamu memaafkannγa boleh jadi hubungan kamu akan terus, hingga kepada akhirnya... ✽ Jika kamu telah memiliki sepiring nasi... Yang pasti baik untuk dirimu, mengenyangkan, berkhasiat. Mengapa kamu mencoba mencari makanan yang lain? Terlalu ingin mengejar kelezatan. kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak dapat memakannya. Kamu akan menyesal.

✽ Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seseorang... Yang membawa kebaikan ќεpada dirimu, menyayangimu, mengasihimu. Mengάpά kamu mencoba membandingkannγά dengan yang lain? Terlalu mengejar kesempurnaan. kelak, kamu akan kehilangannγa Jadi, sayangi & cintailah pasanganmu ♥

Jumat, 08 Oktober 2010

MANTEL KUNING

mantel kuning

Rinai hujan selalu membuat saya terharu. Rintiknya, mengingatkan pada masa-masa yang telah lalu. Begitu pula hari ini. Dulu, sewaktu kecil, saya ingin sekali punya mantel hujan. Kuning, itu warna yang saya inginkan. Teman-teman saya yang lain telah memilikinya, dan mereka tampak gagah dengan mantel itu. Untuk anak kelas 2 SD, semua yang berwarna cerah, akan selalu tampak indah. Namun sayang, Ibu tak punya cukup uang untuk membelinya. Walau sempat kecewa, saya harus menurut, dan menahan keinginan untuk mempunyai mantel kuning itu.


Walau begitu, saya tetap kesal. Dan rasa itu memuncak ketika saya harus pulang dari sekolah. Hari itu hujan begitu deras. Saya makin kecewa dengan Ibu. Sebab, jika ada mantel, tentu saya tak perlu kena hujan, dan bisa bergabung bersama teman-teman yang lain. Kesal, dan marah, begitulah yangsaya rasakan saat itu. Sementara yang lain tertawa dan menikmati hujan, saya harus berjalan pulang dengan tubuh yang basah kuyup.


Ah..di tengah perjalanan, saya bertemu dengan Ibu. Dia tampak membawakan payung untuk saya. Karena terlanjur marah, saya tak menerima payung itu, dan ngambek, untuk tetap pulang tanpa payung. Walau begitu, ia tampak ingin melindungi saya dengan payungnya. Mendekap, agar saya tak terlalu basah terkena hujan. Hujan makin deras, dan kami pun berjalan pulang, walau saya tetap ngambek dan menolak untuk di payungi. Sesampainya di rumah, tingkah itu terus saya perbuat. Saya tetap menolak untuk berganti pakaian. Akhirnya dengan sedikit terpaksa, hal itu saya selesaikan. Ibu, kemudian datang dengan handuk, dan langsung menyelubungi saya dengan handuk itu. Ada kehangatan yang segera menyergap. Saya menjadi lebih tenang. Tetap, tak ada kata-kata yang keluar dari Ibu, selain terus menghangatkan saya dengan handuk itu. Tangannya terus membersihkan setiap air hujan yang ada di badan. Diseka nya kepala saya, agar tak nanti tak membuat sakit. Masih dalam diam, Ibu kemudian memberikan pakaian ganti. Setelah itu, dia masih menyodorkan teh manis hangat buat saya. Ya, segelas teh manis, sebab, susu coklat, adalah hal yang jarang saya rasakan saat itu. Ya, kehangatan kembali hadir dalam tubuh. Walau saya mungkin tak mengerti apapun, saya yakin, ada kehangatan lain yang diberikan Ibu saat itu.


Ya, teman, begitulah. Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning seperti yang saya impikan. Namun, payungnya telah membuat saya aman. Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning untuk terhindar dari hujan, namun, dekapannya membuat saya terhindar dari apapun. Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning itu, namun, handuk hangatnya melebihi setiap kehangatan yang mampu diberikan setiap mantel. Ibu mungkin tak mampu membelikan mantel kuning, namun, usapan lembutnya, adalah segalanya buat saya.


Ibu mungkin tak menjemput saya dengan mobil atau kendaraan lain, namun lingkaran tangannya di tubuh saya, adalah dekapan yang paling indah. Ibu mungkin tak bisa memberikan susu coklat, namun, teh manisnya, lebih berharga dari apapun. Ibu mungkin tak bisa memberikan saya banyak hal lain, namun, dekapan, usapan, uluran tangan, perhatian, kasih sayang, sudah cukup sebagai penggantinya.


Ya, rintik hujan selalu membuat saya terharu. Terima kasih buat Ibu yang tak membelikan saya mantel kuning. Karena, apa yang telah diberikannya selama ini, jauh melampaui semuanya.


terkadang ukuran cinta yg diberikan ortu kita, tak bisa dinilai dg brp banyak materi ato warisan yg diberikan kpd kita. Namun.......... cinta, kasih sayang dan perlindungan yg mereka berikan, itulah yg menjadi harta terbesar yg pernah kita dapatkan