Rabu, 27 Oktober 2010

Orang Kaya dan Penyu

manusia-kura-kura

Dahulu kala ada seorang yang sangat kaya, hartanya melimpah ruah, dia adalah seorang yang sangat baik dan selalu menolong orang lain.

Pada suatu hari dia pergi ke pasar berbelanja, ketika dia sampai di pasar dia melihat ada seseorang yang sedang menjual seekor penyu yang terluka.

Melihat keadaan penyu yang memelas itu, dia berpikir penyu itu tentu akan diberi orang lain, akan dipotong dimasak, hatinya sangat tidak tega, lalu dia berjalan ketempat penjual penyu itu bertanya, “Berapa harga penyu ini ?

Penjual ini mengetahui dia adalah seorang yang sangat kaya yang baik hati, demi berbuat kebaikan selalu melepaskan binatang hidup dialam bebas, mengeluarkan banyak uang juga tidak menjadi masalah, lalu penjual ini berpikir tidak akan membiarkan kesempatan yang demikian bagus hilang dia akan mengorek lebih banyak uang dari orang kaya ini, lalu dia membuka mulutnya berkata, “100 ribu Yuan, jika engkau ingin membeli engkau harus bayar 100 ribu Yuan satu sen pun tidak boleh kurang, jika engkau tidak ingin membelinya kebetulan saya berpikir akan membawa pulang memasaknya dijadikan santapan malam.”

Orang kaya ini setelah mendengar perkataan penjual ini, lalu mengeluarkan uang 100 ribu Yuan, lalu membawa pulang penyu itu, setelah sampai dirumah dia perlahan-lahan meletakkan penyu itu di air yang bersih, dengan teliti memandikan penyu ini sampai bersih, lalu mencari rumput obat mengoresi luka penyu itu, lalu membawanya pergi ke sungai yang berada didekat rumahnya melihat penyu itu perlahan-lahan berenang meninggalkannya.

Ditengah malam, orang kaya ini mendengar pintu rumahnya diketuk, hatinya merasa heran, begitu dia membuka pintu rumahnya, rupanya penyu yang tadi siang ditolongnya.

Penyu itu ketika melihat dia, tidak sampai dia sempat membuka mulutnya, penyu itu sudah berkata,”Penolongku! Jika hari ini tidak bertemu dengan engkau, nyawa saya sungguh terancam! Saya menerima budi yang begitu besar dari anda, tetapi saya adalah seekor binatang laut yang sederhana, tidak ada barang berharga yang bisa saya persembahkan untuk membalas budi anda, sungguh memalukan, tetapi karena saya sudah hidup lama di air, lebih memahami perubahan yang terjadi di air, saya akan memberitahukan kepada anda, bencana tsunami segera akan menyerang, cepat engkau sediakan sebuah perahu besar, bawa semua harta bendamu, jika tidak akan terjadi bahaya besar yang dapat merengut jiwamu.”

Orang kaya ini sangat berterima kasih kepada penyu, keesokan harinya, dia melaporkan hal ini kepada raja.

Karena orang kaya ini  terkenal adalah seorang budiman yang selalu berbuat baik, raja percaya kepada perkataannya, lalu membuat persiapan.

Tidak berapa lama kemudian, penyu datang berkunjung lagi,”Cepat naik keatas perahu, bencana tsunami sudah datang! Cepat naik keatas perahu dan ikut saya meninggalkan tempat ini, saya akan membawa anda ketempat yang aman.”

Orang kaya ini lalu naik keatas perahu, mengikuti penyu menuju ketempat yang aman.

Pada saat ini air bah mulai menyerang, ditempat yang jauh dia melihat tsunami tersebut yang tingginya bagaikan sebuah dinding menyerang, gemuruh suara air, suara jeritan manusia, suara ombak menyerang dan menyapu habis tempat yang dilalui.

Orang kaya ini duduk diatas perahu, tiba-tiba dia melihat ada seekor ular yang sedang mengikuti belakang perahunya, lalu dia menolong ular ini naik ke atas perahunya.

Beberapa saat kemudian dia melihat seekor srigala yang tak berdaya sedang terbawa arus, lalu dia menolong srigala ini.

Penyu yang melihat perbuatan orang kaya ini, sangat mengaguminya.

Tidak berapa lama kemudian, dia melihat seorang manusia sedang terapung diatas air, sedang berjuang mati-matian sambil berteriak ,”Tolong! Tolong saya!”.

Melihat kejadian ini orang kaya ini berkata,” Cepat tolong dia!”

Tetapi sekali ini, penyu dengan tegas menolaknya, “Jangan menolong dia!, hati manusia tidak bisa diduga dia akan membalas budinya dengan air tuba, dia akan mengkhianati anda, jangan menolong dia!”

Orang kaya ini berkata, “Apa yang engkau katakan benar juga, tetapi semua binatang yang meminta tolong juga sudah saya selamatkan, apalagi manusia yang hampir tenggelam meminta pertolong tidak saya selamatkan, saya tidak tega!”

Akhirnya dengan susah payah mereka dapat mengangkat orang tersebut masuk kedalam perahu.

Penyu melihat nasehatnya tidak berguna, dia hanya bisa menghela nafas dan berkata,”Ehm! Orang baik hati, dikemudian hari engkau akan menyesal!”

Perahu orang kaya ini mengikuti penyu, akhirnya mereka tiba ditempat yang selamat yang bebas dari air bah.

Penyu berpamitan dengan orang kaya ini, ular dan srigala juga berpamitan pergi meninggalkannya mencari tempat tinggal yang aman.

Srigala bertemu dengan sebuah gua, dengan tenang dia tinggal didalam gua.

Pada suatu hari, dia menemukan 100 batang emas yang ditanam didalam tanah oleh orang purbakala, dia merasa sangat gembira dan berpikir,”ha..haa.! Sekali ini saya dapat mempergunakannya untuk membalas budi!”

Dengan tergesa-gesa dia keluar dari gua pergi mencari orang kaya ini, dan berkata :”Saya berhutang budi kepada anda yang telah menyelamatkan jiwa saya, didalam hati saya selalu teringat kepada budi ini, engkau kan tahu, saya adalah binatang yang tinggal didalam gua yang berada dihutan, saya menemukan lebih kurang 100 batang  emas ditempat tinggal saya yang baru.

Gua ini bukan kuburan, juga bukan tempat tinggal manusia, saya juga tidak merampas dan mencuri untuk mendapatkan batang emas yang begitu banyak, saya akan dengan sukarela menyerahkan batangan emas ini untuk membalas budi kebaikan anda terhadap saya.”

Orang kaya ini berpikir,” Jika saya tidak mengambil emas ini akan sia-sia saja di gua didalam hutan, lebih bagus saya mengambilnya untuk membantu para fakir miskin.”

Akhirnya dia mengikuti srigala itu menuju gua mengambil batangan emas tersebut.

Orang yang ditolong orang kaya ini, melihat begitu banyak batangan emas, sifat tamaknya timbul, lalu dia berkata, “Bagilah emas tersebut kepada saya!”

Orang kaya ini memberi dia 10 batang emas.

Tetapi orang ini menolak karena dianggap terlalu sedikit, dia ingin separuh dari emas itu, dia lalu mengancam orang kaya ini, “Baiklah, jika engkau tidak mau memberikan kepada saya separuh, saya akan melaporkan anda kepada polisi mengatakan engkau telah mengkorek kuburan orang lain dan merampas batangan emas ini, engkau akan dipenjara!”

Orang kaya berkata, “Semua yang engkau katakan adalah bohong! Sekarang bencana tsunami baru berlalu, banyak orang miskin yang memerlukan pertolongan, saya akan membagi uang ini kepada mereka, saya tidak dapat memberikan semua ini kepada anda!”

Orang ini melihat orang kaya ini bersikeras dan dia tahu akalnya tidak bisa berjalan lancar, lalu dia berpikir,”Baiklah! Jika engkau tidak memberikan jatah yang saya minta jangan harap engkau dapat hidup dengan tenang!” Dia betul-betul melapor kepada polisi.

Polisi menangkap orang kaya ini dan memenjarakannya.

Srigala dan ular mendengar kabar ini menjadi panik, mereka lalu berpikir, “Harus mencari akal menyelamatkan orang kaya ini keluar dari penjara.”

Ular setelah berpikir sejenak, lalu dia berteriak, “Saya mempunyai akal untuk menyelamatkan dia.”

Setelah berpikir demikian dia lalu masuk kedalam hutan mencari sejenis rumput yang sangat istimewa, sambil menggigit rumput tersebut dia masuk kedalam penjara.

Dia melihat orang kaya ini wajah sangat kuyu dan terduduk lemas disana, hatinya sangat sedih; dengan diam-diam dia berkata kepada orang kaya ini,”Jangan khawatir, dan jangan sedih, saya datang menolong anda.

Rumput obat ini engkau cepat simpan dulu, saya akan segera pergi ke istana menggigit putra mahkota, racun saya adalah racun yang sangat berbahaya, didunia ini hanya rumput obat ini yang dapat menyelamatkan nyawanya, tidak ada satu jenis obatpun yang bisa menolong nyawanya.

Setelah putra mahkota digigit oleh saya, raja pasti akan mencari tabib yang paling pintar untuk mengobatinya, engkau bisa menggunakan kesempatan mengobati putra mahkota untuk keluar dari penjara ini”.

Setelah berkata demikian, ular lari ke istana menggigit putra mahkota, nyawa putra mahkota terancam, raja menjadi sangat panik, berbagai tabib terkenal dan obat-obat mahal tidak bisa menyembuhkan putra mahkota, nyawa putra mahkota diambang maut, raja menyampaikan titahnya’ Siapapun yang bisa menyelamatkan putra mahkota akan saya angkat menjadi perdana menteri yang akan membantu saya memimpin negara ini.”

Titah raja sampai dipenjara, orang kaya ini segera berkata dia dapat menyembuhkan putra mahkota. Benar saja ketika putra mahkota memakan obat rumput itu racunnya segera hilang, putra mahkota segera sembuh, raja sangat lega, hatinya sangat gembira berkata kepada orang kaya ini.”Kenapa engkau bisa dipenjara?” Orang kaya ini lalu menceritakan kejadian yang menimpanya.

Raja setelah mendengar ceritanya menghela nafas,” Ehmm! Semua ini adalah kesalahan saya, saya sungguh tidak memahami kejadian yang terjadi diluar istana, sehingga membuat engkau menderita!” Raja lalu memerintahkan pasukannya menangkap dan menghukum mati orang yang tidak tahu berbalas budi itu, mengangkat orang kaya ini menjadi perdana menteri, bersama-sama dengannya bahu membahu memimpin negara ini dengan  baik. (Erabaru/hui)

Jumat, 22 Oktober 2010

Di Sana Ada Kekuatan

FuturePower

Ada kekuatan di dalam cinta, dan orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat karena ia bisa mengalahkan keinginannya untuk mementingkan diri sendiri.


Ada kekuatan dalam tawa kegembiraan, dan orang tertawa gembira adalah orang yang kuat karena ia tidak pernah terlarut dengan tantangan dan cobaan.


Ada kekuatan di dalam kedamaian diri, dan orang yang dirinya penuh damai bahagia adalah orang yang kuat karena ia tidak pernah tergoyahkan dan tidak mudah diombang-ambingkan.


Ada kekuatan di dalam kesabaran, dan orang yang sabar adalah orang yang kuat karena ia sanggup menanggung segala sesuatu dan ia tidak pernah merasa disakiti.
Ada kekuatan di dalam kemurahan, dan orang yang murah hati adalah orang yang kuat karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya kntuk melakukan yang baik bagi sesamanya.


Ada kekuatan di dalam kebaikan, dan orang yang baik adalah orang yang kuat karena ia bisa selalu mampu melakukan yang baik gagi semua orang.


Ada kekuatan di dalam kesetiaan, dan orang yang setia adalah orang yang kuat karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi kengan kesetiaannya kepada Allah dan sesama.


Ada kekuatan di dalam kelemahlembutan, dan orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat karena ia bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam.


Ada kekuatan di dalam penguasaan diri, dan orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat karena ia bisa mengendalikan segala nafsu
keduniawian.


Disitulah semua letak-letak dimana Kekuatan Sejati berada. Dan sadarlah
bahwa kita juga memiliki cukup kekuatan untuk mengatasi segala masalah kita.
Dimanapun juga, seberat dan serumit apapun juga.


Hidup ini sederhana…
Hidup ini sungguh sederhana…
Tidak menilai apapun…
Syukuri apa yg dialami saat ini…
Maka bahagia bertubi menyirami

Senin, 18 Oktober 2010

Bai Fang Li: Memberi dalam Kekurangan

Bai Fang Li

Namanya BAI FANG LI. Pekerjaannya adalah seorang tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.


Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Dia melalang dijalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.


Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.


Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.


Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, diruang itu juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, diruang itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah piring seng comel yang mungkin diambilnya dari tempat sampah dimana biasa ia makan, ada sebuah tempat minum dari kaleng.


Dipojok ruangan tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.
Bai Fang Li tinggal sendirian digubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong. Tangannya sangat ringan menolong orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.


Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin.

Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.
Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat dipundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.


Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ketempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu kemulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.


Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.


“Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya” jawab anak itu.
“Orang tuamu dimana?” tanya Bai Fang Li.
“Saya tidak tahu, ayah ibu saya pemulung. Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil” sahut anak itu.
Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.
Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.


Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.


Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam delapan malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan pembeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.
Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmmm… tapi masih cukup bagus… gumannya senang.


Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, ditengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.
“Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini,” katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.


Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu.
Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu Rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.


Bai Fang Li berkata “Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan” katanya dengan sendu. Semua guru di sekolah itu menangis.


Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan.
Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesarRMB 350.000 (kurs 1300, setara 455 juta Rupiah jika tidak salah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.


Foto terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan “Sebuah Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luar biasa.”

Jumat, 15 Oktober 2010

Cinta Sejati-Mencintai Apa Adanya

my-love-fountain-2

- Patut di baca :
Buat yang blm saja menikah,
Buat yang sudah menikah,
Buat yang akan menikah
...dan Buat yang sedang mencari,
Buat semuanya dech......


Jika kamu memancing ikan, setelah ikan îτϋ terikat di mata kail, hendaklah kamu mengambil Ikan îτϋ.


Janganlah sesekali kamu lepaskan ia ќεmbali ќε dalam air begitu saja...
Karena ia akan sakit oleh karena bisanya ќεtajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selama hidupnya. Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang. Setelah ia mulai menyayangimu hendaklah kamu menjaga hatinya...


Janganlah sesekali kamu meninggalkanγa begitu saja.
Karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selamanγa.
Jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya.


Janganlah kamu terlalu mengaguminγά
dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa..
Anggaplah ia manusia biasa. Apabila sekali ia melakukan kesalahan bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya.
Akhirnya kamu kecewa dan meninggalkannγa.


Sedangkan jika kamu memaafkannγa boleh jadi hubungan kamu akan terus, hingga kepada akhirnya... ✽ Jika kamu telah memiliki sepiring nasi... Yang pasti baik untuk dirimu, mengenyangkan, berkhasiat. Mengapa kamu mencoba mencari makanan yang lain? Terlalu ingin mengejar kelezatan. kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak dapat memakannya. Kamu akan menyesal.

✽ Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seseorang... Yang membawa kebaikan ќεpada dirimu, menyayangimu, mengasihimu. Mengάpά kamu mencoba membandingkannγά dengan yang lain? Terlalu mengejar kesempurnaan. kelak, kamu akan kehilangannγa Jadi, sayangi & cintailah pasanganmu ♥

Jumat, 08 Oktober 2010

MANTEL KUNING

mantel kuning

Rinai hujan selalu membuat saya terharu. Rintiknya, mengingatkan pada masa-masa yang telah lalu. Begitu pula hari ini. Dulu, sewaktu kecil, saya ingin sekali punya mantel hujan. Kuning, itu warna yang saya inginkan. Teman-teman saya yang lain telah memilikinya, dan mereka tampak gagah dengan mantel itu. Untuk anak kelas 2 SD, semua yang berwarna cerah, akan selalu tampak indah. Namun sayang, Ibu tak punya cukup uang untuk membelinya. Walau sempat kecewa, saya harus menurut, dan menahan keinginan untuk mempunyai mantel kuning itu.


Walau begitu, saya tetap kesal. Dan rasa itu memuncak ketika saya harus pulang dari sekolah. Hari itu hujan begitu deras. Saya makin kecewa dengan Ibu. Sebab, jika ada mantel, tentu saya tak perlu kena hujan, dan bisa bergabung bersama teman-teman yang lain. Kesal, dan marah, begitulah yangsaya rasakan saat itu. Sementara yang lain tertawa dan menikmati hujan, saya harus berjalan pulang dengan tubuh yang basah kuyup.


Ah..di tengah perjalanan, saya bertemu dengan Ibu. Dia tampak membawakan payung untuk saya. Karena terlanjur marah, saya tak menerima payung itu, dan ngambek, untuk tetap pulang tanpa payung. Walau begitu, ia tampak ingin melindungi saya dengan payungnya. Mendekap, agar saya tak terlalu basah terkena hujan. Hujan makin deras, dan kami pun berjalan pulang, walau saya tetap ngambek dan menolak untuk di payungi. Sesampainya di rumah, tingkah itu terus saya perbuat. Saya tetap menolak untuk berganti pakaian. Akhirnya dengan sedikit terpaksa, hal itu saya selesaikan. Ibu, kemudian datang dengan handuk, dan langsung menyelubungi saya dengan handuk itu. Ada kehangatan yang segera menyergap. Saya menjadi lebih tenang. Tetap, tak ada kata-kata yang keluar dari Ibu, selain terus menghangatkan saya dengan handuk itu. Tangannya terus membersihkan setiap air hujan yang ada di badan. Diseka nya kepala saya, agar tak nanti tak membuat sakit. Masih dalam diam, Ibu kemudian memberikan pakaian ganti. Setelah itu, dia masih menyodorkan teh manis hangat buat saya. Ya, segelas teh manis, sebab, susu coklat, adalah hal yang jarang saya rasakan saat itu. Ya, kehangatan kembali hadir dalam tubuh. Walau saya mungkin tak mengerti apapun, saya yakin, ada kehangatan lain yang diberikan Ibu saat itu.


Ya, teman, begitulah. Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning seperti yang saya impikan. Namun, payungnya telah membuat saya aman. Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning untuk terhindar dari hujan, namun, dekapannya membuat saya terhindar dari apapun. Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning itu, namun, handuk hangatnya melebihi setiap kehangatan yang mampu diberikan setiap mantel. Ibu mungkin tak mampu membelikan mantel kuning, namun, usapan lembutnya, adalah segalanya buat saya.


Ibu mungkin tak menjemput saya dengan mobil atau kendaraan lain, namun lingkaran tangannya di tubuh saya, adalah dekapan yang paling indah. Ibu mungkin tak bisa memberikan susu coklat, namun, teh manisnya, lebih berharga dari apapun. Ibu mungkin tak bisa memberikan saya banyak hal lain, namun, dekapan, usapan, uluran tangan, perhatian, kasih sayang, sudah cukup sebagai penggantinya.


Ya, rintik hujan selalu membuat saya terharu. Terima kasih buat Ibu yang tak membelikan saya mantel kuning. Karena, apa yang telah diberikannya selama ini, jauh melampaui semuanya.


terkadang ukuran cinta yg diberikan ortu kita, tak bisa dinilai dg brp banyak materi ato warisan yg diberikan kpd kita. Namun.......... cinta, kasih sayang dan perlindungan yg mereka berikan, itulah yg menjadi harta terbesar yg pernah kita dapatkan