Jumat, 26 November 2010

TRUE STORY-CERMIN NURANI

a-true-love-story 

Ini adalah TRUE STORY yang aku alami di tempat kerjaku,gw bekerja sebagai mandor produksi disebuah perusahaan swasta. cerita ini bukan untuk mengurui anda para pembaca, tapi aku ingin kita sama2 mengambil hikmahnya dan men-SYUKURI semua yang kita punyai sekarang, baik itu apa yang kita makan, kita pakai ataupun yang kita punyai...

Apa yang aku alami ini terjadi udah 3 tahun yg lalu, aku menuliskan kisah ini karena ada teman aku yang menyarankannya. Katanya ini bisa menjadi pelajaran bagi kita yang telah lupa akan sesama dan terbuai oleh hal-hal bersifat materi lainnya. Aku tidak bisa menyebut namanya karena untuk menjaga privasi dia ya.

Waktu itu aku lagi beres-beres dikantor, jam dinding menunjukkan jam 16.00an. Seperti para karyawan biasanya lagi tunggu jam pulang. Kebetulan waktu itu ada seorang seniorku datang, seniorku ini seorang pria yang luar biasa, diusianya yang masih muda (sekitar 30an) sudah menjadi senior mandor disebuah perusahaan swasta. Saking asyik ngobrol dengar ceritanya, aku mendengar ada suara yang memanggil dari luar kantor. suara orang wanita. Waktu itu hujan lebat, aku kira salah dengar. Tapi aku penasaran lalu aku keluar untuk melihat siapa gerangan yang memanggil itu. Waktu itu kulihat seorang wanita muda dengan 3 anakya, yang satu masih dalam gendongan.

Awalnya aku kira itu hanyalah pengemis yang datang meminta-minta (inilah sifat buruk aku sebagai manusia, menilai tanpa mengetahui) . Sikap yang aku perlihatkan pun kurang bersahabat. Aku bertanya, “ada yang bisa aku bantu mbak?”. Mbak ini datang hanya bermodalkan payung, teduh bersama anak2nya. Lalu mbak ini bertanya padaku, “bolehkah aku meminjam 300 ribu?, aku ingin membelikan anak2 ku makan dan susu untuk bayiku. Aku janji akan mengembalikannya dalam 3 hari. Suamiku sekarang lagi bekerja ke Jakarta dan dalam 3 hari ini akan mengirim pulang”.

Apa reaksiku? Ya, sudah bisa ditebak. Bagaimana mungkin aku bisa percaya bukan? Aku mencoba tenang dan bertanya, “kok mbak perlu sebegitu banyak uang? Kenapa mbak tidak pinjam ama keluarga mbak atau saudara suami mbak?”. Waktu kutanya itu mbak ini matanya berkaca-kaca, lalu dia bercerita bahwa dia justru diusir oleh keluarga suaminya. Mereka mengatakan bahwa dia istri tidak berguna, dan caci maki yang tidak pantas kutulis disini. Suaminya karena tidak tahan hinaan dari saudaranya terpaksa pergi bekerja di Jakarta untuk menafkahi istri dan anak2nya.

Karena diusir dari rumah, mbak ini mencari kontrakan di dekat jalan narogong,gang bojong menteng, dan dari ceritanya uangnya diambil oleh pemilik kost semua karena tidak percaya dia wanita baik2, dengan alasan takut dia melarikan diri. Mendengar ceritanya jujur aja aku tersentuh, yang membuat aku lebih sakit adalah ternyata anaknya dalam gendongan itu tertidur seperti sakit, ke dua anaknya yang lain basah2 kena hujan, yang lebih miris lagi satu kantong air dibagi minum bertiga.

Mendengar ceritanya aku masih ragu tapi udah percaya 70%, aku pun mencoba membantu seadanya. Waktu itu aku memberikan mbak ini 50 ribu untuk membantu seadanya. Aku bilang uang ini untuk membeli makan buat anak2nya dulu dan tidak usah dikembalikan. Waktu itu aku ingin pinjamkan jas ujan, tapi entah kenapa aku gak bisa ngomong.

Tahu gak apa reaksi mbak itu? Tanpa mengambil uang yang kusodorkan mbak itu memandangku dengan tatapan yang benar2 mengiris hati dan membuat aku sadar apa itu artinya saling mengasihi sesama. Mbak itu berkata, “aku datang bukan untuk meminta sama ako (abang), aku bukan pengemis ko, aku hanya seorang wanita yang meminjam untuk makan anak2ku...pinjaman itu akan aku kembalikan dalam 3 hari”.

“aku tahu ako pasti tidak percaya dengan aku, tapi aku tidak sakit hati karena dengan penampilan begini siapa yang akan percaya? Tapi aku akan bawa ako ke tempat kostku, setelah suamiku pulang aku akan mengembalikan uang itu”, kata mbak ini penuh kelembutan tanpa ada rasa benci sedikitpun.

Mendengar hal itu aku benar2 gak enak, aku jelaskan bahwa itu aku lakukan bukan karena kasihan atau apapun, aku benar2 ingin membantunya. Mbak ini kemudian tersenyum kepadaku dan berkata, “Jika niat ako tulus maka uang inipun aku anggap sebagai pinjaman,”. Mendengar hal itu aku paksa bahwa itu tulus dan tidak perlu dikembalikan.

Hujan waktu itu masih tetap deras, mbak inipun berkata padaku, “apakah disekitar sini masih ada orang yang bisa membantu aku seperti ako?”. Aku bilang masih banyak orang baik kok, mungkin mbak bisa mencobanya. Mendengar hal itu mbak ini tersenyum padaku dan berkata, “terima kasih banyak ko, mungkin aku tidak bisa membalas apa yang ako berikan padaku, tapi Tuhan itu maha tahu, semoga dia akan membalasnya pada ako”.

Setelah itu mbak ini pergi bersama ke 3 anaknya. Dalam teduhan sebuah payung kecil mereka berjalan keluar dari pagar kantor. Aku terpaku mematung melihatnya sekitar 10 menit lebih. Setelah mereka berlalu jauh, timbul penyesalan yang amat sangat dalam hatiku. Sebenarnya waktu itu aku bisa memberikan lebih dari yang dia minta, tapi karena mata hati aku telah tertutup oleh hal-hal duniawi aku menjadi buta.

Aku menuliskan cerita ini bukan untuk mendapatkan pujian ataupun lainnya, aku mungkin bodoh, tapi karena kejadian itu aku jadi benar-benar bersyukur apa yang kumiliki sekarang. Saat aku masih bisa makan enak , mbak ini membuang harga dirinya meminjam untuk makan anak2nya. Saat aku berpakaian rapi mbak ini memakai seadanya untuk melindungi tubuhnya tetap hangat. Saat aku mengeluh betapa panasnya AC tidak maksimal , mbak ini berjuang melawan dinginnya hujan. Saat aku mengeluh mengapa penghasilanku pas2an, mbak ini bahkan rela dipandang rendah demi mencari segenggam uang demi kelangsungan hidup anak2nya.

Tau gak apa yang paling kusesali? Aku menolong tidak sepenuh hati. Anggaplah memang mbak ini memang seorang penggemis, penipu dan istilah keren lainnya. Tapi apakah ia bukan manusia? Dia tetap perlu makan, perlu minum, perlu tempat bernaung apalagi anak2nya. Memang zaman sekarang banyak penipuan seperti itu tapi kita juga tidak bisa pukul rata semua itu sama.

Memang rencana Tuhan itu mulia, temanku yang menyarankan aku menulis cerita ini melihat dari sudut pandang yang luar biasa, katanya, “tidakah kamu lihat bahwa Tuhan justru mengirim wanita ini untuk membuatmu bersyukur dengan apa yang kamu punya? Jika kamu masih mengeluh tentang kekuranganmu bagaimana kalau kamu menjadi posisi wanita itu?”.

Akhir kata, ini adalah pengalamanku yang benar2 terjadi. Aku benar2 mensyukuri apa yang ku punya sekarang. Aku tidak tahu bagaimana dengan kalian yang baca. Apapun pendapat kalian tentang aku, aku terima dengan lapang dada. Aku mungkin dibodohi atupun ditipu, tapi aku mendapatkan hal yang lebih bermakna dari kejadian itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar