Sabtu, 17 Juli 2010

Aku terlahir 500 Gram dan BUTA

Aku terlahir 500gr n buta

TRUE STORY 091349_1
Miyuki inoue membuat karangan tentang hidupnya sendiri. Cerita yang memenangkan lomba mengarang SLB tingkat nasional Jepang.
Air Mata Ibu
Beratku hanya 500 gram waktu dilahirkan. Dokter yang bekerja di rumah sakit tempatku dilahirkan bercerita kalau ibu tidak bisa mendengarkan penjelasan karena matanya sudah dibanjiri air mata melihat diriku yang begitu kecil.

Kelima jariku sebesar korek api. Kepalaku sebesar telur. Pinggulku sebesar jari kelingking orang dewasa. Selama tujuh bulan aku dibesarkan dalam inkubator rumah sakit.


Ibu setiap hari datang mengunjungi, tidak peduli apakah saat itu sedang turun hujan atau salju. Dia bahkan datang tanpa membawa payung. Dia mengajakku berbicara dan membelai kepalaku. Jika Ibu memberikan jarinya ke dalam inkubator, aku segera meraih dan menggenggamnya.
Sebelum Ibu datang ke rumah sakit, para suster langsung membersihkan mukaku dan mengganti popokku dengan terburu-buru. Mereka benar-benar repot. Kalau ditanya mengapa, alasannya karena Ibu akan memarahi mereka kalau melihat sedikit kotoran saja dimukaku.
“Kenapa mukanya kotor? Masa bersihin muka bayi saja kalian tidak bisa? Saya tahu kalian sibuk. Saya tahu kalian sibuk, tapi lakukan pekerjaan dengan baik!”


Lima bulan setelah dilahirkan, untuk pertama kalinya aku dikeluarkan dari inkubator dan dipeluk oleh Ibuku sendiri.
“kamu hebat sekali, bisa bertahan hidup sampai sekarang, Miyuki,” Katanya sambil menangis.
Waktu itu pula, Ibu tahu dari para dokter tentang mataku.
“Mata Miyuki, untuk seterusnya, tidak akan bisa membedakan bentuk lagi”. Air mata Ibu terus mengalir tidak bisa dihentikan. Dia tidak tahu bagaimana caranya bisa sampai ke rumah.


Akan tetapi, kemudian Ibu berubah pikiran dan bersumpah pada dirinya sendiri, “Aku akan berjuang untuk hidup bersama dengan Miyuki-chan.. !”
Waktu aku TK, aku dan Ibu pernah berjalan-jalan ke taman dekat rumah. Sebelum mulai bermain, Ibu menjelaskan, “Di sini ada bangku. Kalau kamu berjalan ke depan sedikit lagi, ada papan iklan. Hati-hati." Dia menjelaskan dengan teliti.


Akan tetapi, waktu sedang bermain di sana, aku menabrak papan iklan dan terluka parah, namun ibu sama sekali tidak membantu. Dia pura-pura tidak tahu walaupun aku terluka.
“itu gara-gara kamu tidak berhati-hati waktu berjalan,kan? Kalau sakit, lain kali hati-hati waktu bermain!” Hanya itu ucapan Ibu.
Waktu aku jatuh dari tangga di rumah, aku sangat kesakitan dan tidak bisa bergerak. Ibu dari atas bertanya, ” Sedang apa kamu di sana?” “Aku jatuh dan tidak bisa bergerak.” Ibu hanya mengatakan satu hal, ” Salah sendiri.” Hanya itu.


Pernah ada kejadian seperti ini, aku sedang bermain ayunan sewaktu tiga orang anak laki-laki datang ke arahku dan berkata, “Eh, lihat, dia buta, lho!”

Ibu memburu ke arahku, ” Terus, kenapa kalau anak ini buta? Kalian tidak pernah pikir kalau anak ini bekerja jauh lebih keras daripada kalian?”
Anak-anak itu terkejut mendengarnya dan langsung meminta maaf, ” Maafkan kami , Tante.” Anak-anak itu kemudian bermain bersamaku.
Ketika kelas tiga SD, aku mulai belajar menaiki sepeda yang menggunakan roda penolong. Aku semula berpikir Ibu akan menuntunku lebih dulu sebelum mulai latihan, namun Ibu hanya duduk di bangku dan mulai berteriak supaya aku mulai bersepeda. Beberapa kali aku jatuh dari sepeda, darah
membanjiri lutut dan sikuku. Ibu tetap diam.
Saat jatuh untuk pertama kali, aku kesulitan mencari sepeda. Akhirnya aku menemukan setangnya dan dengan sekuat tenaga mendirikan sepeda itu lagi. Ibu tetap berteriak-teriak dan aku marah sekali.
Ibu jahat sekali, pikirku pada waktu itu. Aku jatuh bangun beberapa kali sampai akhirnya merasakan angin menerpaku.


"Aku bisa naik sepeda..!"
Ibu berlari ke arahku ” Miyuki Kamu hebat! Kamu bisakan kalau berusaha lebih dulu!” Dia lalu memelukku. Aku lupa kalau sedang marah kepadanya ketika berada dalam pelukannya.
Sekarang, aku sudah kelas tiga SMP. Sampai sekarang Ibu masih mengajariku berbagai hal, untuk bersimpati terhadap orang lain, untuk terus berusaha jika ingin melakukan sesuatu, dan untuk bertingkah laku sopan.


Aku sangat mencintai Ibu.
Aku mungkin tidak bisa melakukan banyak hal karena buta. Akan tetapi, aku percaya bisa melakukan banyak hal kalau aku berusaha.Sekarang aku ingin Ibu bisa mengalirkan air mata bahagia. Air mata bahagia yang terus mengalir sampai tidak bisa berhenti.
Akan tiba saatnya waktu impianku itu bisa tercapai.. T,T
—– end —–


Dan ini riwayat hidup Miyuki Inoue :
1984 Pada tanggal 21 Agustus aku lahir di Kota Kurume, propinsi Fukuoka.
1988 Aku masuk TK Megumi.
1991 Masuk SLB Fukuoka program Sekolah Dasar.
1997 Masuk SLB Fukuoka program Sekolah Menengah Pertama. Menjadi anggota OSIS waktu kelas satu dan dua SMP.
Memenangkan lomba mengarang antar sekolah dengan judul pidato Air Mata Ibu.
Memenangkan lomba mengarang tingkat propinsi dengan cerpen berjudul Air Mata Ibu.
1998 Memenangkan lomba mengarang tingkat Kyushu dengan cerpen berjudul Air Mata Ibu.
1999 Memenangkan lomba mengarang Nasional Kanpo dengan cerpen berjudul Diriku dalam Genggaman.
Cerpennya yang berjudul Ikatan dimuat dalam antologi cerpen bertema HAM,hak Asasiku.
Memenangkan lomba debat nasional.
2000 Menerima penghargaan pendidikan kebudayaan Fukuoka pada bulan Februari.
Masuk SLB Fukuoka program Sekolah Menengah Atas pada bulan April.
Autobiografi berjudul Aku Terlahir 500 gr dan Buta, diterbitkan pada bulan Juli.
2001 Autobiografi berjudul Aku Bisa Naik Sepeda diterbitkan.
2002 Autobiografi berjudul Usiaku 17 Tahun dan Sehat diterbitkan.
2003 Lulus dari SLB Fukuoka program Sekolah Menengah Atas pada bulan maret Masuk SLB Fukuoka program Akademi Keperawatan. Sekarang sedang mendalami bidang keperawatan dan pemijatan.
Sering kali kita suka melupakan bahwa banyak orang yang lahir tak sempurna membutuhkan pertolongan kita yang normal dan kecukupan atau bahkan berkelimpahan. Memang kadang kita teringat ttg hal orang2 yang tak sempurna tetapi kita lebih sering terlupa karena kesibukan kita sendiri atau hanya lebih mementingkan diri sendiri, kelompok atau golongan. Atau bahkan kita hanya sedih melihat dan menangis melihat keadaannya tetapi kita tidak pernah bertindak untuk melakukan sesuatu yang membuat ringan bebannya. Hal seperti ini banyak terjadi di dunia.
“Memberi itu lebih baik daripada meminta tetapi mengajari itu lebih baik daripada memberi.”

Source : tangkaiputih.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar