Saya rasa semua orang sudah pernah mendengar cerita tentang kura-kura berlomba lari dengan kelinci, walaupun kura-kura menang dari kelinci, tetapi diantara para binatang masih tidak mengaku kura-kura bisa menang dari kelinci, banyak diantara binatang ini dengan nada meremehkan berkata kepada kura-kura :”Gerakanmu sangat lambat!”
Dengan tenang kura-kura menjawab: “Benar, gerakan saya memang lamban, tetapi jika tidak ada target yang akan dicapai, apa gunanya gerakan yang lebih cepat lagi? Sedangkan jika mempunyai target yang akan dicapai, gerakan seberapa lambatpun akan semakin mendekati target yang akan dicapai!”
Binatang lain masih mengejek: “Engkau sungguh pengecut, selalu menyembunyikan kepalamu!”
Kura-kura dengan tenang menjelaskan: “Benar, saya mengakui saya selalu menyembunyikan kepalaku, oleh karena saya mengakui maka saya dapat mengetahui kelebihan saya sendiri, jika saya berbuat nekat, selamanya saya tidak akan tahu saya mempunyai kulit yang dapat melindungi saya. Sedangkan ada orang lain yang tidak mengetahui kekurangan diri sendiri, melihat kekurangan diri sendiri juga tidak mengakuinya. Orang yang sejenis ini , apakah engkau tidak merasa bahwa merekalah yang benar-benar seorang pengecut.”
‘Jika engkau dan kelinci berlomba sekali lagi, apakah engkau yakin bisa menang lagi?”
“Sudah pasti, jikalau kalahpun, bukan dikalahkan oleh kelinci tetapi dikalahkan oleh lingkungan”
“Kenapa bisa begitu?”
“Pada perlombaan yang sama, jika perjalanan diganti melalui jalan air, maka yang menjadi “kura-kura” bukan saya, tetapi kelinci!”
Mengakui kelemahan diri sendiri bukan hal yang gampang. Tetapi jika tidak mengakui kelemahan apakah kelemahan itu bisa tidak ada?, Jika kita lihat kura-kura dapat dengan sifat tenang mengakui kelemahan diri sendiri, maka dia dapat melihat kelebihan dirinya sendiri. Mungkin juga suatu saat kita bisa menemukan suatu hal yang baru bahwa “kekurangan “diri sendiri pada situasi tertentu bisa menjadi “kelebihan” diri kita sendiri. (Erabaru/hui)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar